Pasang Iklan Gratis

Lansia yang Tidak Memiliki Sahabat Dekat di Masa Tuanya Sering Kali Punya 8 Perilaku Ini, Menurut Psikologi

 Kesepian di usia senja sering kali datang bukan hanya karena faktor usia atau kondisi fisik yang menurun, tetapi juga karena kebiasaan-kebiasaan kecil yang tanpa disadari menjauhkan seseorang dari hubungan sosial yang bermakna.

Banyak lansia yang merasa sendiri meskipun dikelilingi keluarga, karena tidak lagi memiliki sahabat dekat untuk berbagi cerita atau sekadar berbincang santai.

Menurut pandangan psikologi, ada sejumlah perilaku yang tampak sepele namun berdampak besar terhadap kehidupan sosial seseorang di masa tua.

Perilaku-perilaku ini biasanya dilakukan tanpa sadar, tapi perlahan bisa mengikis jaringan pertemanan hingga akhirnya membuat seseorang merasa terisolasi.

Dilansir dari laman Global English Editing pada Minggu (27/7), berikut merupakan 8 perilaku yang sering kali dimiliki oleh lansia yang tidak memiliki sahabat dekat di masa tuanya, menurut psikologi.

1. Menunggu Orang Lain untuk Memulai Duluan

Banyak lansia sering kali merasa ragu untuk memulai komunikasi dengan teman lama, karena takut dianggap mengganggu atau tidak ingin merepotkan orang lain.

Padahal, berdasarkan penelitian, kebanyakan orang justru merasa senang dan dihargai saat ada seseorang yang menyapa atau menghubungi mereka terlebih dahulu.

Sayangnya, jika semua orang berpikir seperti itu dan hanya menunggu orang lain untuk menghubungi lebih dulu, maka akhirnya tidak ada yang benar-benar bergerak

Inilah sebabnya mengapa banyak hubungan lama yang perlahan-lahan hilang tanpa disadari.

Memulai komunikasi lebih dulu bukanlah hal yang memalukan, justru bisa menjadi awal yang baik untuk membangun kembali hubungan yang sudah lama terputus.

2. Menyimpan Dendam karena Hal Kecil

Tidak jarang kita merasa kesal karena seseorang lupa membalas pesan, tidak mengundang kita ke suatu acara, atau tidak menyapa saat bertemu.

Jika perasaan kesal seperti ini terus disimpan dan tidak diselesaikan, maka lama-kelamaan bisa berkembang menjadi dendam yang merusak hubungan.

Kita perlu menyadari bahwa setiap orang bisa lupa, sibuk, atau tanpa sengaja melakukan kesalahan sosial. Menyimpan rasa sakit hati atas hal-hal kecil hanya akan membuat kita menjauh dari hubungan yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.

Lebih baik berbesar hati, memaafkan, dan berbicara langsung jika ada yang mengganjal. Terkadang, satu percakapan jujur bisa menyelamatkan persahabatan yang sudah terjalin bertahun-tahun.

3. Terlalu Mengandalkan Keluarga untuk Bersosialisasi

Memiliki hubungan yang erat dengan anak dan cucu memang menyenangkan, tetapi jika mereka menjadi satu-satunya sumber interaksi sosial kita, maka itu bisa menjadi beban bagi mereka.

Anak dan cucu juga punya kehidupan, pekerjaan, dan teman-teman mereka sendiri.

Jika kita terus-menerus berharap mereka selalu ada untuk menemani, tanpa kita sadari, kita bisa menjadi terlalu bergantung dan membatasi kebebasan mereka.

Di sinilah pentingnya memiliki jaringan pertemanan di luar keluarga. Teman bisa memberikan perspektif yang berbeda, mengisi waktu luang, dan membuat hidup terasa lebih kaya.

Dengan memiliki kehidupan sosial yang seimbang, hubungan dalam keluarga pun akan menjadi lebih sehat dan menyenangkan.

4. Membiarkan Persahabatan Memudar Secara Diam-diam

Seiring bertambahnya usia, lingkaran sosial memang cenderung menyusut. Kita tidak lagi bertemu teman kerja setiap hari, tetangga yang dulu akrab bisa pindah, dan teman-teman lama bisa sibuk dengan keluarga masing-masing.

Tanpa disadari, hubungan yang dulu erat bisa hilang begitu saja. Sayangnya, banyak orang mengira bahwa hubungan lama akan terus berjalan dengan sendirinya tanpa perlu dijaga. Padahal, kenyataannya, semua hubungan membutuhkan upaya untuk tetap terjalin.

Jika kita tidak berusaha untuk menjalin kembali komunikasi atau mencari teman baru, maka lama-kelamaan seseorang bisa benar-benar merasa sendiri. Itulah pentingnya menjaga silaturahmi dan tetap terbuka terhadap pertemanan baru.

5. Sering Menghindari Undangan dan Acara Sosial

Ada kalanya kita merasa lelah, tidak percaya diri, atau malas menghadiri acara sosial, terutama jika tidak mengenal banyak orang di sana.

Namun, jika terlalu sering menolak undangan, lambat laun orang lain akan berhenti mengundang. Bukan karena mereka tidak suka, tapi karena mereka menganggap kita memang tidak tertarik.

Padahal, justru dari pertemuan seperti itu, kita bisa mulai membangun koneksi baru atau memperkuat hubungan yang lama.

Tidak harus hadir sepanjang acara, cukup datang dan menyapa sebentar saja sudah cukup untuk menjaga hubungan sosial tetap hidup.

Kehadiran sesekali juga bisa membuat orang lain merasa bahwa kita masih peduli dan terbuka untuk berinteraksi.

6. Kurang Menunjukkan Ketertarikan pada Orang Lain

Dalam percakapan sehari-hari, sering kali kita lebih senang menceritakan kehidupan sendiri dibandingkan mendengarkan cerita orang lain.

Padahal, pertemanan yang kuat dibangun atas dasar saling peduli dan saling mendengarkan.

Jika kita selalu berbicara tentang diri sendiri tanpa menanyakan kabar orang lain, maka mereka akan merasa diabaikan dan kurang dihargai.

Sebaliknya, saat kita menanyakan hal-hal sederhana seperti kabar kesehatan, perkembangan keluarga, atau pekerjaan mereka, itu bisa membuat orang merasa diperhatikan.

Kebiasaan kecil ini bisa menjadi fondasi untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan lebih hangat. Kuncinya adalah menunjukkan rasa ingin tahu yang tulus, bukan sekadar basa-basi.

7. Terlalu Kritis Saat Berbicara

Kritik memang kadang diperlukan, apalagi ketika seseorang memiliki banyak pengalaman hidup.

Namun, jika setiap percakapan selalu dipenuhi dengan keluhan tentang pemerintah, lingkungan, atau hal-hal negatif lainnya, maka orang lain bisa merasa tidak nyaman.

Tanpa disadari, kita bisa menjadi pribadi yang dianggap terlalu serius atau tidak menyenangkan. Orang-orang mungkin akan mendengarkan kita dengan sopan, tetapi enggan untuk berbicara lagi di kemudian hari.

Maka dari itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam berbicara, tidak hanya mengkritik, tapi juga menunjukkan ketertarikan dan empati terhadap lawan bicara.

Sesekali bertanya kabar mereka atau membicarakan hal-hal ringan bisa membuat suasana lebih hangat dan menyenangkan.

8. Menyimpan Emosi Terlalu Rapat

Sebagian besar orang dibesarkan dalam lingkungan yang mengajarkan bahwa menunjukkan perasaan, terutama kesedihan atau kelemahan, adalah tanda ketidakdewasaan.

Namun, dalam kenyataannya, terlalu menahan emosi justru membuat orang lain sulit mengenal siapa diri kita yang sebenarnya.

Jika kita selalu terlihat kuat dan tertutup, maka orang lain tidak akan merasa dekat atau terhubung secara emosional. Studi menunjukkan bahwa kebiasaan menekan emosi dapat membuat hubungan sosial menjadi renggang dan dingin.

Oleh karena itu, penting untuk mulai belajar membagikan perasaan, walaupun hanya hal-hal kecil, karena dari situlah kedekatan dan kepercayaan bisa mulai tumbuh perlahan.

0 Response to "Lansia yang Tidak Memiliki Sahabat Dekat di Masa Tuanya Sering Kali Punya 8 Perilaku Ini, Menurut Psikologi"

Post a Comment