Pasang Iklan Gratis

Sepak Bola Malaysia dalam Bayangan Gelap dan Investigasi FIFA?

 Krisis di Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) menarik perhatian khusus dari opini publik dalam dan luar negeri, karena Presiden Joehari Ayub tiba-tiba mengundurkan diri hanya 6 bulan setelah terpilih.

Pengunduran diri Joehari Ayub merupakan perkembangan yang mengejutkan, tidak hanya karena singkatnya masa jabatannya, tetapi juga karena tanda-tanda adanya banyak konflik tersembunyi di dalam FAM.

Pengunduran diri yang mengejutkan dan pertanyaan besar

Joehari Ayub terpilih dengan suara mayoritas yang sangat besar pada kongres bulan Februari, menjadikannya presiden pertama dari Sabah dalam sejarah FAM, dengan masa jabatan yang berlangsung hingga 2029.

Namun, pada 27 Agustus, ia tiba-tiba mengajukan pengunduran dirinya dan langsung disetujui.

Pengunduran diri itu telah membuat para pengamat seperti Pekan Ramli berseru bahwa hal ini 'aneh dan membingungkan'.

Menurut Pekan Ramli, pemungutan suara yang sangat besar biasanya berarti konsensus yang besar, tetapi kepergian mendadak ketua hanya dapat dijelaskan oleh konflik internal yang tidak pernah diungkapkan kepada publik.

Kursi paling berkuasa di sepak bola Malaysia kemudian dialihkan sementara kepada Wakil Presiden Yusof Mahadi.

Ini berarti, setidaknya hingga rapat umum tahunan 2026, sepak bola Malaysia akan beroperasi dengan status 'penjaga', sebuah prospek yang dikhawatirkan banyak pihak akan memperlambat reformasi yang sangat dibutuhkan.

Citra FAM tertekan oleh opini publik dan FIFA

Sepak bola Malaysia telah menjadi sasaran kritik selama bertahun-tahun, mulai dari kemunduran tim nasional hingga kekurangan manajemen.

Kini, perubahan mendadak dalam personel di posisi presiden semakin memperdalam keraguan tentang transparansi.

"Sebuah organisasi yang terus-menerus berganti kepemimpinan akan sulit meyakinkan penggemar dan sponsor," ujar Pekan Ramli seraya memperingatkan bahwa FAM berisiko kehilangan kepercayaan publik.

Angka-angka keuangan tersebut menambah ketegangan.

Menurut Pekan Ramli, FAM saat ini kekurangan RM7 juta (Rp27 miliar) dari target pendanaannya.

Dalam konteks di mana para donor semakin berhati-hati, sebuah organisasi yang diragukan oleh opini publik dan memiliki kepemimpinan yang tidak stabil tentu akan kesulitan mempertahankan dukungan jangka panjang dari komunitas bisnis.

Kekhawatiran yang lebih besar adalah kemungkinan FIFA harus turun tangan.

Badan sepak bola dunia ini terkenal sangat ketat terhadap tanda-tanda campur tangan politik atau manipulasi kekuasaan dalam federasi anggotanya.

Jika FAM gagal mengklarifikasi isu yang ada, atau menemukan tanda-tanda 'penggulingan yang disengaja' terhadap Joehari, FIFA kemungkinan besar akan membuka penyelidikan.

Hal ini akan membawa konsekuensi yang tak terduga bagi sepak bola Malaysia, mulai dari pembatasan hak untuk berpartisipasi dalam turnamen internasional, hingga risiko larangan sementara, yang telah terjadi pada beberapa tim sepak bola regional.

Isu lain yang diutarakan Pekan Ramli adalah FAM tidak mengadakan kongres luar biasa untuk memilih presiden baru dalam waktu 3 bulan, melainkan memilih untuk tetap memegang jabatan wakil presiden hingga tahun depan.

Menurutnya, langkah ini membuktikan adanya rencana yang telah disusun sebelumnya, sebagai 'penyempurnaan skenario kudeta'.

Namun, pendekatan ini juga berarti bahwa sepak bola Malaysia harus hidup dengan ketidakstabilan setidaknya selama 12 bulan ke depan, ketika keputusan-keputusan besar berada di tangan tim kepemimpinan sementara, sehingga sulit untuk menciptakan kepercayaan dan ketegasan yang diperlukan.

Sepak bola Malaysia mengatasi tantangan

Menjelang laga lanjutan Kualifikasi Piala Asia 2027, Timnas Malaysia jelas membutuhkan fondasi yang stabil di jajaran petinggi.

Federasi yang terjerumus dalam kontroversi hanya menambah kebingungan di antara para pemain, pelatih, dan penggemar.

Faktanya, FAM telah mengalami krisis berkali-kali, tetapi guncangan pengunduran diri ini sangat serius karena terjadi di saat sepak bola Malaysia diperkirakan akan bangkit berkat kebijakan naturalisasi pemain.

Kemenangan 4-0 atas Vietnam pada bulan Juni di Kualifikasi Piala Asia 2027 memang menggembirakan, tetapi kini gaungnya dibayangi oleh ketidakstabilan internal.

Para pakar seperti Pekan Ramli sepakat bahwa FAM perlu segera menemukan peta jalan untuk rekonstruksi.

Menunjuk Yusof Mahadi sebagai presiden sementara mungkin merupakan solusi sementara, tetapi jika rencana yang transparan tidak segera disusun, strukturnya stabil, dan masalah keuangannya diselesaikan, sepak bola Malaysia akan menanggung akibatnya.

Pengunduran diri Joehari Ayub setelah hanya setengah tahun meninggalkan kekosongan kekuasaan yang patut dipertanyakan.

FAM kini menghadapi dua tantangan sekaligus, yakni memulihkan kepercayaan publik dan menghindari risiko intervensi FIFA.

Jika tidak segera diambil tindakan, ketidakstabilan yang berkelanjutan ini dapat memperlambat kemajuan sepak bola Malaysia, sementara rival-rival regionalnya sedang berusaha untuk menembusnya.

Insiden ini menjadi peringatan bagi FAM bahwa sepak bola tidak akan berkembang jika tata kelolanya masih ambigu dan penuh kontradiksi.

Hanya keputusan yang transparan, tegas, dan berpihak pada kepentingan bersama yang dapat menarik sepak bola Malaysia keluar dari pusaran kontroversi dan kembali ke jalur yang stabil.

0 Response to "Sepak Bola Malaysia dalam Bayangan Gelap dan Investigasi FIFA?"

Post a Comment