Hizbullah tuduh AS dan Israel ganggu stabilitas Lebanon
Pemimpin Hizbullah Naim Qassem pada Senin (17/11) menuduh Amerika Serikat (AS) memperdalam krisis ekonomi Lebanon dan Israel mengeskalasi ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon selatan.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Qassem mengatakan kebijakan AS telah berkontribusi terhadap kolapsnya ekonomi Lebanon, seraya menyebutkan kegagalan bank, devaluasi pound Lebanon, serta kelangkaan bahan bakar dan listrik yang terus-menerus.
Dia menuduh Washington memanipulasi kelompok-kelompok politik lokal untuk mengejar kepentingannya sendiri, seraya menggambarkan sejumlah elite Lebanon tertentu sebagai "proksi" yang melayani agenda asing dengan mengorbankan kedaulatan nasional.
Qassem juga mengkritik sanksi yang baru-baru ini didukung AS yang menargetkan Hizbullah, dengan alasan sanksi tersebut melampaui kelompok tersebut dan merugikan masyarakat luas, termasuk lembaga sosial dan badan amal. "Langkah-langkah ini bertujuan untuk menekan partai, tetapi pada akhirnya membatasi bantuan dan layanan bagi semua warga negara," ujarnya.
Beralih ke Israel, dia menggambarkan perkembangan terkini di Lebanon selatan sebagai "provokasi yang disengaja" dengan tujuan melemahkan posisi militer, politik, dan ekonomi Lebanon.
Dia mengutuk dugaan pelanggaran Israel terhadap Garis Biru dan menyalahkan misi penjaga perdamaian UNIFIL karena gagal mencegahnya. Dia memperingatkan bahwa setiap aktor Lebanon yang bekerja sama dengan Israel pada dasarnya membantu pasukan pendudukan dan merongrong kemerdekaan nasional.
Meskipun kesepakatan gencatan senjata telah dicapai antara Hizbullah dan Israel pada November 2024, Israel mengintensifkan serangan udaranya dalam beberapa pekan terakhir, dengan alasan kegagalan Lebanon melucuti senjata kelompok tersebut.
Hizbullah telah berulang kali menolak tuntutan pelucutan senjata tersebut, dengan menyatakan mereka tetap berkomitmen untuk melawan tindakan Israel dan melindungi integritas wilayah Lebanon.
0 Response to "Hizbullah tuduh AS dan Israel ganggu stabilitas Lebanon"
Post a Comment